Menantang Pedasnya Ayam Betutu Men Tempeh di Krisn

Ayam betutu Men Tempeh mempunyai segudang keistimewaan. Tak salah jika brand ini sering disebut pelopor masakan ayam betutu di Bali.
Konon katanya, Men Tempeh diperkenalkan pada 1976 oleh pasangan suami istri Ni Wayan Tempeh dan suaminya, I Nyoman Suratna yang berasal dari Bangli, Gianyar. Mereka pertama kali menjual menu ini di Terminal Gilimanuk dan kini resepnya sudah turun temurun ke anak-anak dan teman-temannya.
Selain rasanya yang khas, harga jual menu betutu ini lumayan terjangkau. Bayangkan saja, dengan uang Rp 57 ribu, pengunjung sudah bisa merasakan paket setengah potong ayam betutu kuah, lengkap dengan nasi, kacang tanah sangrai, plecing kangkung, plus tauge, dan sambal matahnya.
Bumbunya terbilang pedas dan menggoyang lidah, namun memberi efek ketagihan. Pedasnya betutu Men Tempeh makin pol di lidah saat dinikmati bersama segelas teh tawar hangat.
Daging ayam kampung Men Tempeh sungguh empuk dan juara. Bumbu kuahnya meresap sampai ke tulang ayam, terbuat dari campuran kunyit, jahe, lengkuas, kencur, bawang, dan cabai.
Hati-hati, jangan sampai tergoda untuk terus menyeruput kuahnya, jika tak ingin berakhir dengan sakit perut atau lambung bagi penderita maag. Pengunjung yang tak kuat pedas bisa memesan ayam betutu goreng yang setengah ekornya dihargai Rp 50 ribu. Selain menu betutu, ada juga aneka menu menarik lainnya, seperti berbahan kerang.
Ayam betutu Men Tempeh di Denpasar bisa menjadi one stop shopping. Selain mengisi perut, tempat ini dikelilingi toko oleh-oleh, distro, hingga tempat acara seremonial. Restoran betutu ini cukup luas dan bisa menampung 200 orang. Jika berkunjung dimalam hari, pengunjung disajikan hiburan musik oleh penyanyi-penyanyi lokal.
Layar lebar (big screen) terpasang di salah satu sisi restoran. Tempat ini sering menjadi lokasi berkumpulnya komunitas olah raga, seperti sepak bola atau pecinta balap MotoGP untuk menonton pertandingan bersama. Selamat membakar lidah!