Cinta Le Mayeur untuk Ni Polok
Le Mayeur seorang insinyur bangunan kelahiran Brussel, 9 Februari 1880 yang mengembangkan karier di dunia seni lukis. Seniman bernama lengkap Adrian Jean Le Mayeur de Merpras ini datang dari Eropa ke Pulau Dewata pertama kalinya pada 1932 lewat jalur laut dan berlabuh di Singaraja.
Le Mayeur kemudian melanjutkan perjalanan ke Denpasar. Ia menyewa sebuah rumah di jalan dekat Pura Prajurit, Banjar Kelandis. Di sana pertama kalinya ia berkenalan dengan seorang gadis penari Legong Keraton yang amat tersohor kala itu bernama Ni Nyoman Polok.
Ni Polok berasal dari keluarga petani penggarap yang miskin. Perkenalannya dengan Le Mayeur membawa sejarah baru kehidupannya. Kecantikan dan keanggunannya menari memikat hati sang pelukis. Le Mayeur pun meminta izin kepada pimpinan sekaa tempat Ni Polok menari untuk menjadikan sang gadis sebagai model utama karya-karyanya.
Izin pun didapat dengan syarat aktivitas Ni Polok sebagai penari utama di Banjar Kelandis tidak boleh terganggu. Le Mayeur memanfaatkan dengan maksimal izin tinggalnya di Bali selama delapan bulan untuk menghasilkan banyak lukisan yang terinspirasi dari Ni Polok.
Hasil lukisannya sangat menakjubkan bahkan sempat dipamerkan di Singapura. Tiga tahun setelah pameran pertama, Le Mayeur kembali mengikuti pameran kedua di negara sama.
Hubungan Le Mayeur dan Ni Polok kian dekat. Keduanya memutuskan menikah pada 1935. Rencana awalnya tinggal di Bali selama delapan bulan berlanjut hingga 26 tahun berikutnya.
Setiap hari Le Mayeur giat berkarya sehingga pada 1937 dengan didampingi sang istri ia kembali berpameran di Singapura. Sukses tiga kali di Singapura, Le Mayeur mengikuti pameran di Kuala Lumpur. Sebagian hasil pamerannya dihadiahkan kepada pemerintah Belgia, Prancis, dan Inggris yang tengah Perang Dunia II kala itu.
Le Mayeur menggunakan sebagian hasil jerih payahnya untuk membeli tanah seluas 32 are di Pantai Sanur. Secara bertahap pasangan suami istri ini membangun rumah impian.
Popularitas Le Mayeur semakin tinggi. Penggemarnya banyak dari kalangan pejabat tinggi negara, salah satunya Presiden Soekarno, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, dan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI Bahder Djohan.
Dalam Buku Petunjuk Museum Le Mayeur yang ditulis I Nengah Sudana dan I Ketut Mantara Gandi disebutkan Bahder Djohan mencetus gagasan tentang pendirian sebuah museum untuk melestarikan karya-karya Le Mayeur. Gayung bersambut, 28 Agustus 1957 berdiri Museum Le Mayeur yang sampai saat ini dikenal sebagai bengkel pengembangan seni lukis di Bali.
Museum Le Mayeur terdiri dari tujuh bangunan yang berjejer dari utara ke selatan. Ada bangunan loket, bale bengong, bale pecanangan, gedung induk, dapur, gedung laboratorium, dan artshop.
Tiket masuk Museum Le Mayeur adalah Rp 10 ribu (dewasa) dan lima ribu rupiah (anak). Museum yang berlokasi di Jalan Jang Tuah, Sanur Kaja ini buka setiap hari, kecuali hari libur, pukul 08.00-16.00 WITA.
Sebelum ke Bali, Le Mayeur telah melukis di berbagai negara. Ini pula yang membuat pengunjung museum bisa melihat lukisan-lukisan Le Mayeur yang dibuat di luar negeri.
Lukisan-lukisannya yang dibuat di luar negeri hampir seluruhnya bertema alam, sedangkan lukisan-lukisannya di Bali di samping alam, juga menonjolkan model wanita. Ini karena sosok Ni Polok telah menggugah darah seni Le Mayeur.