Menikmati Kicauan Merdu di Pasar Burung Satria
Pasar Burung Satria merupakan pasar burung terbesar di Bali. Obyek wisata para penghobi burung ini pada mulanya dikembangkan seorang tokoh Puri Satria, Cokorda Ngurah Mayun Samirana.
Letak pasar burung ini strategis, berdampingan dengan Puri Satria, pewaris langsung dari Puri Denpasar yang dihancurkan Belanda dalam perang Puputan Badung 1906. Kondisi puri yang hancur dan tak layak huni membuat para keturunan raja yang tersisa membangun puri baru bernama Puri Satria.
Kawasan sekitar puri ini berkembang salah satunya menjadi pasar burung ketika terjadi penggusuran Pasar Lila Buana sekitar 1980-an. Bagian lapangan di alun-alun depan puri difungsikan sebagai tempat penampungan pedagang, khususnya hewan peliharaan burung.
Area pasar burung di Jalan Veteran Denpasar ini pada mulanya hanya berukuran 6x15 meter yang dikelola lima kelompok pedagang. Sekarang areanya semakin meluas hingga ke seluruh jaba pura di Puri Satria atau separuh dari keseluruhan Puri Satria, sekitar setengah hektare.
Jenis burung yang dijual pun awalnya sebatas pipit, cerukcuk, dan kucica. Seiring perkembangannya medio 1991-2000, jenis yang diperjualbelikan kian beragam, seperti cucak rawa, perkutut, robin, jalak, burung-burung dari luar Jawa dan luar negeri, bahkan ditambah hewan lain, seperti ayam, kelinci, anjing, dan ikan hias. Kisaran harganya mulai dari sekadar puluhan ribu hingga jutaan rupiah.
Ni Made Yenny Purnama Sari dalam Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) menyebutkan Pasar Burung Satria pertama kali masuk ke dalam agenda wisata kota saat diresmikan Wakil Wali Kota Denpasar, I Ketut Robin pada 2000. Pasar burung ini kian tertata di mana 47 kios yang ada dilengkapi tembok permanen. Pada medio 2000-2012, prasarananya kian lengkap, seperti tempat penukaran uang (money changer), toilet umum, tempat parkir, dan warung makan.
Pasar Burung Satria tak hanya sebagai tempat transaksi jual beli burung. Deretan kios di sana juga menyediakan kebutuhan dan informasi terkait hewan peliharaan, mulai dari kandang, sangkar, akuarium, buku, majalah, tabloid, dan pernak-pernik hewan. Rata-rata pedagang menyediakan garansi bagi burung yang dibeli. Jika ada burung yang tak sehat, maka bisa dikembalikan.
Pedagang-pedagang di sini wajib menjaga ketertiban, terutama saat digelar upacara dalam puri. Mereka biasanya akan berhenti sementara berdagang sampai upacara selesai.
Wisatawan domestik dan mancanegara ramai berkunjung karena lokasi Pasar Burung Satria hanya berjarak 500 meter dari utara Lapangan Puputan Badung. Sebagian yang datang memang berniat membeli unggas-unggas cantik yang didominasi burung pengicau ini, sementara sebagian lain sekadar melihat atau menuangkan hobi fotografi.
Kicau merdu hewan bersayap ini memanjakan telinga siapa pun yang menghampirinya. Para pedagang ramah menyapa, bahkan tak segan berbagi ilmu tentang dunia perburungan.