Mural Kopi

Mural Kopi

Mural adalah karya seni yang dilukis atau diaplikasikan langsung di dinding, langit-langit, atau permukaan permanen lainnya. Mural biasanya menggunakan berbagai macam media cat tembok, cat kayu, bahkan cat atau pewarna lainnya. Namun, berbeda dengan Ary Wicahyana yang menggunakan kopi pada muralnya untuk menghasilkan kesan klasik yang lebih kentara.

Hal ini juga tak lepas dari unsur sejarah. Mural ini menceritakan bagaimana aktivitas jaman dahulu di Pasar Payuk. Pasar Seni Kumbasari sebelumnya disebut dengan Peken (Pasar) Payuk Kumbasari yang dibangun di sekitar aliran Sungai Badung di Denpasar. Dalam sejarahnya, kata Peken sudah ada sejak jaman Mataram Kuno, kata Peken yang berasal dari "Pkan” yg dikutip dari Prasasti Turyyan, Muncañ, Gulun Gulun tahun 851 śaka (929M). “Pkan” ini memiliki arti pasar atau lapangan tempat bertemu.

Pasar Payuk menjual barang-barang dari gerabah, cobek (piring dari tanah), paso (ember dari tanah), caratan (kendi air dari tanah), dan lain sebagainya. Semua barang yang dijual merupakan peralatan dapur dan juga barang-barang untuk upacara yang biasa digunakan oleh masyarakat Bali.

Pemerintah Kota Denpasar memanfaatkan pembuatan Mural Kopi pada dinding Taman Kumbasari sebagai bentuk penyaluran inspirasi seniman kreatif. Diharapkan mural kopi ini dapat membangkitkan kreativitas anak muda Kota Denpasar untuk bersama mengembangkan kota digital dengan heritage culture.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

A mural is any piece of artwork painted or applied directly on a wall, ceiling, or other permanent surfaces. Mural usually uses various types of wall paint, wood paint, even paint or another coloring. However, it was different with Ary Wicahyana. He uses coffee in his mural to create a more noticeable classic impression.

It is also inseparable from historical elements. This mural tells how the situation of ancient activities in Payuk Market. Kumbasari Art Market was previously called Peken (Market) Payuk Kumbasari which was built around Badung River in Denpasar. In its history, the word Peken has existed since the days of the Ancient Mataram, Peken originating from "Pkan" which is quoted from the Turyyan Inscription, Muncañ, Gulun Gulun in 851 śaka (929M). "Pkan" means the market or the field for a meeting.

Payuk Market sold items from pottery, mortar (clay plates), paso (clay buckets), caratan (clay water jugs), and so on. All items sold are kitchen conveniences and items for ceremonies commonly used by Balinese people.

The making of Coffee Mural on the walls of Kumbasari Park is a form of channeling the inspiration of creative artists provided by Denpasar City Government. We hope this coffee mural can inspire creative young people in Denpasar City to develop a digital city with cultural heritage.