Museum Lukisan Sidik Jari I Gusti Ngurah Gede Peme
I Gusti Ngurah Gede Pemecutan secara tak sengaja menemukan teknik melukis yang unik, menggunakan sidik jari. Suatu ketika ia marah karena lukisan tari baris miliknya gagal, tak sesuai harapan. Merasa tak puas, pelukis kelahiran 4 Juli 1936 ini 'merusak' lukisan itu dengan jari-jarinya.
Siapa sangka itu menjadi kali pertama Ngurah menetapkan diri sebagai pelukis aliran pointilisme, gaya melukis dengan menyatukan titik-titik sebagai elemen dasar sebuah lukisan. Jika sebagian besar pelukis pointilisme menggunakan kuas untuk membentuk titik, Ngurah menggunakan telunjuk.
Sidik jari Ngurah sesekali membekas di kanvas lukisnya. Ini pula yang membuat karya seni Ngurah tak bisa dipalsukan.
Mula-mula Ngurah mengolesi ujung jarinya dengan cat aneka warna. Jemarinya bekerja mengikuti imajinasi lukisan yang ada di benaknya.
Lukisan sidik jari Ngurah pertama kali diapresiasi seorang jurnalis Amerika Serikat yang menerbitkan kisahnya di Majalah Horizon. Pada 1969, Konsulat Amerika Serikat di Surabaya kemudian memamerkan lukisan-lukisan Ngurah.
Ngurah mengumpulkan seluruh karyanya dalam sebuah musem bernama Museum Lukisan Sidik jari pada 1994. Orang-orang pertama kali mungkin merasa awam saat mendengarnya. Di museum ini, mereka bisa belajar mengenal teknik melukis, sekaligus berwisata budaya.
Museum yang terletak di Jalan Hayam Wuruk Nomor 175, Tanjung Bungkah, Denpasar ini memiliki tiga ruang utama yang menampung lebih dari 649 lukisan. Ruang pertama memamerkan kronologis Ngurah memoles karya lukisnya sejak duduk di bangku SMP hingga menjadi pelukis sukses.
Ruang kedua memamerkan transisi Ngurah saat menemukan teknik melukis dengan sidik jari. Ruang ketiga memamerkan lukisan-lukisan indah Ngurah yang seluruhnya menggunakan sidik jari. Ngurah mengantongi piagam penghargaan dari Museum Rekor Dunia (Muri) Indonesia selaku pelopor teknik melukis dengan jari, sekaligus kolektor sidik jari terbanyak pada Juli 2012.
Selain lukisan, Museum Lukisan Sidik Jari juga memamerkan kerajinan seni pahat, seperti patung kayu, topeng, bahkan ragam puisi yang dituliskan pada batu. Museum ini buka setiap hari kecuali hari libur, mulai pukul 09.00 hingga 16.00 WITA. Pengunjung tak dipungut biaya khusus untuk masuk.