Wisata Pasar Tradisional Badung

Wisata Pasar Tradisional Badung

Denpasar is committed to revitalized its traditional market and herritage. One of them is Badung Traditional Market which has been totally burnt out on February 26th 2016, right in the middle of the city’s anniversary. After the tragedy, all the activities of this traditional market been temporary relocated to Tiara Grosir, an abandoned supermarket in Cokroaminoto Street, Denpasar. Today, the traditional market is ready to reoperate and the President will come and attend the reopening ceremony in March 22nd 2019 with approximately 1600 local sellers will join in.

Badung Traditional market originally is a regular traditional market which operate for 24 hours and has becoming the center of trading and shopping for daily needs since along time ago. This market located next to Kumbasari Market (on the west side), devided by Tukad Badung (Badung River) and connected by a unique bridge between the two markets. History says Tukad Badung is one of the historical river because when the dutch occupied the country, they use this river as a logistic channel from Denpasar towards Puri Pemecutan among the Puputan Badung Battle, September 20th 1906.

Badung market also marked the history as the center of trading and business back in the Royal Badung periode. The name Denpasar was took from the word DEN- means the north, and PASAR-means the market.

In 1907, the traditional market that located in Jalan Gajah Mada (now is the mayor’s office) has been moved slightly west to the recent Badung Traditional Market now. Back in the 1907, that location was occupied by Javanese and Maduranese people, and because of that relocation, those people are moved to Kampung Wonosari, which is now is called Kampung Java.

Back at that time, the dutch government built a a very proper spaces for the traders inside the market. They also arranged the spaces for the Chinese, Indian, Arabian traders and sellerss to open the stores along the Gajahmada street. They usually sell marijuana, tobaccos, jewellery, clothes and other things.

With these activities, Badung traditional market has been a place that makes the culture exchange occurs. Because instead of only provide daily needs for the people, this market built a social interraction between local people and the visitors. They also exchange their farms products, arts and crafts, and home industry products.

Within 24 hours, Badung Traditional market devided its operating hours into 2 section, night and day. In the day time (occurs during 5am – 5pm), this market will full with the sellers who sell daily needs, foods, and all the things we need for hindu daily praying. During day time, this place also become a tourist destination and one of the “must visit” place for city tour around the heritage area in Gajah Mada Street.

Night market activites started at 3.30pm-6am. All fresh goods from farms are easily found in high quality and quantity at this hour.

A very unique thing you can find in this traditional market is “tukang suun”. This “Tukang Suun” actually is the person who offers you their service to bring your things after shopping and bring it on top of their heads with a basket, from the market to your vehicle. And amazingly, most of them are women.

Imagine how much you have to pay for that extraordinary service? Its only IDR 5k-10k!

Not feels like shopping? Well, you can enjoy your time and take a beautiful selfie on top of the bridge with side riverwalk of Taman Kumbasari as the background. The government has magicly turns the riverside with beautiful lightings and mural paintings.

Take a further walk along the Heritage Area in Gajah Mada Street, you will feel the memmorable buildings, ancient architecture that worth to save in the pictures.

Enjoy your visit and Be Happy in Denpasar, The Heart of Bali.


-------------------------------------------------------------------------------------

Denpasar konsisten untuk merevitalisasi pasar-pasar tradisionalnya. Pasar Badung adalah salah satunya. Sejak terbakar pada tanggal 27 Pebruari 2016, tepat pada malam perayaan HUT Kota Denpasar, aktivitas Pasar Badung sempat direlokasi di eks Tiara Grossir, Jalan Cokroaminoto Denpasar. Kini Pasar Badung dibuka kembali dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 22 Maret 2019 dan menampung sekitar 1600 pedagang.

Pasar Badung merupakan pasar rakyat di Kota Denpasar yang beroperasi (market hours) selama 24 jam, dan telah menjadi pusat perekonomian masyarakat Kota Denpasar dan sekitarnya dari sejak jaman kerajaan dulu. Pasar Badung memiliki posisi bersebelahan dengan Pasar Kumbasari (sisi barat) dan dibelah oleh aliran Tukad Badung (Badung River) dengan jembatan penghubung di antara keduanya. Konon katanya, Tukad Badung menjadi lintasan ekspedisi Belanda yang bergerak menuju Puri Pemecutan dari Denpasar pada saat peristiwa Perang Puputan Badung, 20 September 1906.

Pasar Badung sendiri menyimpan perjalanan sejarah yang panjang, sebagai pusat perekonomian kerajaan Badung pada saat itu. Nama Denpasar sebagai pusat pemerintahan diambil dari kata den (yang berarti di sebelah utara) dan pasar (yang merujuk pada keberadaan pasar).

Pada tahun 1907, lokasi pasar Kerajaan Badung yang pada mulanya bertempat di Kantor Walikota (sekarang di Jalan Gajah Mada) dipindahkan agak ke barat (di lokasi Pasar Badung saat ini). Pada mulanya lokasi Pasar Badung adalah tempat kediaman orang-orang Jawa dan Madura. Karena tempat tersebut digunakan sebagai lokasi pasar, maka orang-orang Jawa dan Madura dialihkan lokasinya kearah utara yaitu di Kampung Wonosari (Kampung Jawa sekarang). Oleh Pemerintah Kolonial Belanda di dalam lokasi Pasar Badung dibangun los-los pasar untuk para pedagang, sedangkan tempat-tempat di sekitar Pasar Badung, yaitu di Jalan Gajah Mada dan Jalan Sulawesi sekarang bermukim pedagang Cina, India dan Arab yang mata pencaharian utamanya adalah berdagang dan dengan cara membuka toko sebagai sebagai tempat untuk berjualan. Barang-barang yang diperdagangkannya adalah candu, tembakau, barang-barang perhiasan, dan barang-barang kelontong lainnya.

Selain sebagai tempat yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok, pasar juga merupakan tempat pertukaran kebudayaan. Pasar Badung telah menjelma menjadi ruang interaksi sosial antara masyarakat lokal dan pendatang. Ada transaksi tukar menukar dan jual beli hasil pertanian, barang kerajinan, perlengkapan upacara adat atau agama, dan industri rumah tangga.

Secara alami, Pasar Badung seperti memiliki dua waktu operasional, yaitu pagi dan malam. Pasar Badung pagi menjual berbagai kebutuhan rumah tangga sehari-hari, baik berupa kebutuhan pokok maupun kebutuhan upacara agama. Selain itu, pasar Badung juga menjadi daya tarik wisata yang menarik bagi wisatawan mancanegara, dan menjadi salah satu objek wisata City Tour di Kawasan Heritage Gajah Mada. Aktivitas pasar pagi berlangsung dari jam 05.00 – 17.00 Wita.

Sedangkan pada malam harinya, aktivitas pasar memanfaatkan pelataran parkir. Komoditas yang ditawarkan juga sama dengan pasar pagi, yaitu sayur-mayur, daging, sarana upacara agama (janur, bunga, buah), dan kuliner. Aktivitas pasar malam berlangsung mulai pukul 15.30 – 06.00 Wita.

Hal unik yang dapat dijumapi di Pasar Badung adalah keberadaan “tukang suun”, tukang angkut belanja bagi pembeli yang memborong barang dalam jumlah banyak. Tukang sun ini hampir seluruhnya perempuan, biasanya membawa keranjang bamboo yang dijunjung di atas kepalanya. Anda dapat membayar 5-10 ribu rupiah untuk sekali angkut belanjaan.

Di samping itu, Anda juga dapat menikmati side riverwalk “Taman Kumbasari” yang cantik dengan hiasan lampu warna-warni dan berbagai mural paintings yang menarik. Di samping menikmati keindahan pemadangan tepi sungai, Anda juga dapat berswa foto”selfi” yang instagramable.

Jika Anda ingin berjalan lebih jauh lagi….Anda dapat menyusuri Kawasan Heritage Gajah Mada, yang menyimpan berbagai nostalgia yang menginspirasi.

Enjoy your visit and Be Happy in Denpasar, The Heart of Bali.