BLANJONG, PRASASTI KEMENANGAN SANG PENGUASA BALI
Cri Kesari, a very powerful king whose kingdom is located in Keratin Singhadwala, has conquer his enemies among the desert and in the Swal.
That line was written in one side of Blanjong Epigraph, which is recently being kept in Pura Blanjong, Sanur Kauh, South Denpasar
Blanjong was come from the word Blah and Jung. Blah means broken, and Jung means a Ship. According to record document in Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, the ship that broken was near Sawang, or recently people called the area as Semawang.
Back to the line that written in the beginning, this epigraph was meant as one of the evidence from the Royal Balinese Kingdom and showed how the King was very powerful and also famous. Many of the archeolog called this epigraph as The mark of the victory.
The epigraph also refer to Sri Kesari Warmadewa, the famous king who runs the kingdom around the year of Candrasangkala, The year icaka 835 or 913M. Sri Kesari Warmadewa was the founder of Warmadewa Clan who runs the kingdom in Bali.
The name Srhi Kesari Warmadewa has the meaning of The mighty protector of Singha Kingdom, also known as Dalem Selonding. He first came to bali at the end of 9th century from The Kingdom of Sriwijaya which located in Sumatra island. Before came to bali, he also has conquered the kingdom of Tarumanegara and The kingdom of Kalingga in Mid Java.
The Blanjong Epigraph is made from Padas Stone, with 177cm height and has diameter about 62cm was recorded the King’s power and dignity and also recorded his victory. In this epigraph you will find the story about how the king has conquered the desert in Nusa Penida and Ketewel Beach.
If you take a look deeper on this epigraph, it has 2 sides. On the west side, it has 6 lines of writings and using pre-negari letterset, the letterset that used by the indians and the ancient balinese language. The other side of the epigraph, it has 13 lines of writings that using the ancient balinese letterset (the kawi letterset) and sanskrit.
With 2 different letterset that written in this epigraph, we can recognised how smart and knowleadgable the people who lived in that time, because usually all the epigraph and the artifacts who found in Indonesia only use 1 letterset.
Another uniqueness from this double language in the epigraph is that they are using cross language in between 2 manuscript: the sanskrit was written in ancient balinese letterset, and the ancient balinese language was written in pre-negari letterset.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seorang raja yang mempunyai kekuasaan di seluruh penjuru dunia beristana di keratin Singhadwala bernama Cri Kesari telah mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan di Swal.
Demikian makna beberapa baris pahatan salah satu sisi Prasasti Blanjong yang saat ini tersimpan apik di Pura Blanjong, Sanur Kauh, Denpasar Selatan.
Blanjong sendiri berasal dari kata Blahjung dengan terdiri dari Blah dan Jung. Blah atau belah berarti pecah dan jung berarti perahu. Menurut dokumen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, perahu yang dimaksud pecah tersebut berada di dekat Sawang yang sekarang dikenal dengan Semawang.
Jika melihat makna yang disampaikan, jelas sudah bahwa prasasti tersebut merupakan salah satu bukti peninggalan kerajaan Bali jaman dulu yang menggambarkan kehebatan dan kemasyuran sang raja. Peneliti sejarah menyebut prasasti ini sebagai sebuah tugu kemenangan.
Adapun raja yang dimaksud yakni Sri Kesari Warmadewa yang memerintah tahun Candrasangkala itu melukiskan tahun Icaka 835 atau 913 Masehi. Shri Kesari Warmadewa adalah pendiri Wangsa Warmadewa yang pernah berkuasa di Pulau Bali.
Shri Kesari Warmadewa bermakna Yang Mulia Pelindung Kerajaan Singha yang dikenal juga dengan Dalem Selonding, datang ke Bali pada akhir abad ke-9 atau awal abad ke-10. Dia berasal dari Sriwijaya (Sumatra) dengan pendahulunya telah menaklukkan Tarumanegara dan Kerajaan Kalingga di pesisir utara Jawa Tengah/Semarang sekarang.
Kehebatan sang raja digambarkan dalam Prasasti Blanjong atau tugu kemenangan. Prasasti menjelaskan raja telah berhasil menaklukkan Gurun yakni wilayah Nusa Penida dan Swal berarti Pantai Ketewel. Kemenangan inilah yang membuat prasasti berbahan batu padas dan berbentuk tiang batu dengan tinggi 177 cm serta bergaris tengah sekitar 62 cm dibuat.
Diteliti lebih dalam, Prasasti Blanjong sendiri terbagi atas dua sisi. Pada sisi barat laut ditulis 6 baris tulisan, memakai aksara Pre-Negari yang biasa dipakai di India Utara dan bahasa Bali Kuna. Pada sisi tenggara ditulis dengan 13 baris tulisan, menggunakan huruf Bali Kuna (Kawi) dan bahasa Sansekerta.
Temuan prasasti ini pun tergolong unik sebab biasanya bend apusaka serupa hanya menggunakan satu bahasa dan huruf. Penggunaan dua bahasa dan dua huruf tersebut menunjukkan adanya kemahiran dan wawasan pengetahuan yang cukup dari masyarakat pada masa Kerajaan Sri Kesari Warmadewa Abad X Masehi.
Ada keistimewaan lainnya yakni penggunaan sistem silang dalam penulisan huruf dan bahasa. Adapun Bahasa Sansekerta ditulis dalam huruf Bali Kuna (Kawi), sementara Bahasa Balu Kuna ditulis dalam huruf Pre Negari.
That line was written in one side of Blanjong Epigraph, which is recently being kept in Pura Blanjong, Sanur Kauh, South Denpasar
Blanjong was come from the word Blah and Jung. Blah means broken, and Jung means a Ship. According to record document in Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, the ship that broken was near Sawang, or recently people called the area as Semawang.
Back to the line that written in the beginning, this epigraph was meant as one of the evidence from the Royal Balinese Kingdom and showed how the King was very powerful and also famous. Many of the archeolog called this epigraph as The mark of the victory.
The epigraph also refer to Sri Kesari Warmadewa, the famous king who runs the kingdom around the year of Candrasangkala, The year icaka 835 or 913M. Sri Kesari Warmadewa was the founder of Warmadewa Clan who runs the kingdom in Bali.
The name Srhi Kesari Warmadewa has the meaning of The mighty protector of Singha Kingdom, also known as Dalem Selonding. He first came to bali at the end of 9th century from The Kingdom of Sriwijaya which located in Sumatra island. Before came to bali, he also has conquered the kingdom of Tarumanegara and The kingdom of Kalingga in Mid Java.
The Blanjong Epigraph is made from Padas Stone, with 177cm height and has diameter about 62cm was recorded the King’s power and dignity and also recorded his victory. In this epigraph you will find the story about how the king has conquered the desert in Nusa Penida and Ketewel Beach.
If you take a look deeper on this epigraph, it has 2 sides. On the west side, it has 6 lines of writings and using pre-negari letterset, the letterset that used by the indians and the ancient balinese language. The other side of the epigraph, it has 13 lines of writings that using the ancient balinese letterset (the kawi letterset) and sanskrit.
With 2 different letterset that written in this epigraph, we can recognised how smart and knowleadgable the people who lived in that time, because usually all the epigraph and the artifacts who found in Indonesia only use 1 letterset.
Another uniqueness from this double language in the epigraph is that they are using cross language in between 2 manuscript: the sanskrit was written in ancient balinese letterset, and the ancient balinese language was written in pre-negari letterset.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seorang raja yang mempunyai kekuasaan di seluruh penjuru dunia beristana di keratin Singhadwala bernama Cri Kesari telah mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan di Swal.
Demikian makna beberapa baris pahatan salah satu sisi Prasasti Blanjong yang saat ini tersimpan apik di Pura Blanjong, Sanur Kauh, Denpasar Selatan.
Blanjong sendiri berasal dari kata Blahjung dengan terdiri dari Blah dan Jung. Blah atau belah berarti pecah dan jung berarti perahu. Menurut dokumen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, perahu yang dimaksud pecah tersebut berada di dekat Sawang yang sekarang dikenal dengan Semawang.
Jika melihat makna yang disampaikan, jelas sudah bahwa prasasti tersebut merupakan salah satu bukti peninggalan kerajaan Bali jaman dulu yang menggambarkan kehebatan dan kemasyuran sang raja. Peneliti sejarah menyebut prasasti ini sebagai sebuah tugu kemenangan.
Adapun raja yang dimaksud yakni Sri Kesari Warmadewa yang memerintah tahun Candrasangkala itu melukiskan tahun Icaka 835 atau 913 Masehi. Shri Kesari Warmadewa adalah pendiri Wangsa Warmadewa yang pernah berkuasa di Pulau Bali.
Shri Kesari Warmadewa bermakna Yang Mulia Pelindung Kerajaan Singha yang dikenal juga dengan Dalem Selonding, datang ke Bali pada akhir abad ke-9 atau awal abad ke-10. Dia berasal dari Sriwijaya (Sumatra) dengan pendahulunya telah menaklukkan Tarumanegara dan Kerajaan Kalingga di pesisir utara Jawa Tengah/Semarang sekarang.
Kehebatan sang raja digambarkan dalam Prasasti Blanjong atau tugu kemenangan. Prasasti menjelaskan raja telah berhasil menaklukkan Gurun yakni wilayah Nusa Penida dan Swal berarti Pantai Ketewel. Kemenangan inilah yang membuat prasasti berbahan batu padas dan berbentuk tiang batu dengan tinggi 177 cm serta bergaris tengah sekitar 62 cm dibuat.
Diteliti lebih dalam, Prasasti Blanjong sendiri terbagi atas dua sisi. Pada sisi barat laut ditulis 6 baris tulisan, memakai aksara Pre-Negari yang biasa dipakai di India Utara dan bahasa Bali Kuna. Pada sisi tenggara ditulis dengan 13 baris tulisan, menggunakan huruf Bali Kuna (Kawi) dan bahasa Sansekerta.
Temuan prasasti ini pun tergolong unik sebab biasanya bend apusaka serupa hanya menggunakan satu bahasa dan huruf. Penggunaan dua bahasa dan dua huruf tersebut menunjukkan adanya kemahiran dan wawasan pengetahuan yang cukup dari masyarakat pada masa Kerajaan Sri Kesari Warmadewa Abad X Masehi.
Ada keistimewaan lainnya yakni penggunaan sistem silang dalam penulisan huruf dan bahasa. Adapun Bahasa Sansekerta ditulis dalam huruf Bali Kuna (Kawi), sementara Bahasa Balu Kuna ditulis dalam huruf Pre Negari.