Santap Malam di Pasar Kreneng

Santap Malam di Pasar Kreneng

Destinasi kuliner malam hari di tengah Kota Denpasar sangat banyak. Salah satu yang populer adalah Pasar Kreneng yang buka setiap hari, pagi hingga malam.

Pasar yang terletak di Dangin Puri Kangin, Denpasar Utara ini ramai dikunjungi warga Denpasar, wisatawan lokal, hingga turis asing. Layaknya Yogyakarta yang terkenal dengan angkringan malamnya yang lezat dan murah, demikian juga Pasar Kreneng yang pada malam hari lebih dikenal dengan sebutan Pasar Senggol.

Pasar tradisional ini menjual barang perlengkapan sehari-hari, mulai dari pakaian, perlengkapan ibadah umat Hindu, hingga kebutuhan dapur. Ada juga aneka permainan anak, dan yang terpenting wisata kuliner.

Pasar kuliner secara khusus dibuka pukul 16.00 WITA hingga tengah malam. Pasar Kreneng identic dengan pasar murah, sebab semua barang yang dijual di sini sangat terjangkau. Penikmat kuliner akan dimanjakan aneka menu lezat dengan harga bersahabat yang dijual mulai dari lima ribu rupiah hingga Rp 20 ribu per porsi.

Jajanan pasarnya banyak, mulai dari pisang rai, giling-giling, batun bedil, laklak, bubuh sumsum, injin, ketan merah, ketan putih, hingga lukis. Menu paling melegenda di sini, antara lain soto sapi, nasi jinggo beragam varian, dan nasi babi guling. Pedagang nasi jinggo di pasar malam ini bisa menjual lebih dari 2oo porsi per hari.

Pasar Kreneng dibangun 1983 saat Profesor Ida Bagus Mantra menjabat sebagai gubernur Bali. Pasar yang hanya berjarak 10 menit perjalanan dari Lapangan Puputan Renon ini ditempati 805 pedagang di bangunan berlantai tiga dan sekitar 211 pedagang di pelataran. Sebagian besar mereka adalah orang Bali beragama Hindu, terlihat dari tempat sesajen kecil yang ditaruh di tiang bambu atau kayu di sudut kanan atau kiri lapak pedagang.

Dua patung besar mengapit tangga masuk ke dalam pasar. Patung ini merupakan simbol 'penjaga' pasar supaya seluruh pedagang di dalamnya selalu dalam keadaan selamat.

Budayawan Bali, Sugi Lanus mengatakan Pasar Kreneng dan Pasar Payuk yang kini lebih dikenal dengan nama Pasar Kumbasari adalah dua pasar besar di Bali pada era sebelum kemerdekaan. Setidaknya ada tiga versi sejarah penamaan Pasar Kreneng. Versi pertama, kreneng berasal dari kata kereng eneng yang artinya sering tidak dapat air. Ini karena dulunya daerah ini awalnya area persawahan yang sering tidak dapat air, sehingga jarang ditanami.

Versi kedua menyebutkan Pasar Kreneng merupakan relokasi pasar yang terletak di pertigaan Surapati dan Melati pada 1963. Ini berbeda dengan Pasar Kamboja yang merupakan pindahan dari Lilabuana dan buka setiap sore hari. Versi ketiga mengaitkan Pasar Kreneng yang dahulunya menyediakan berbagai macam kreneng, dalam bahasa bali berarti alat pembungkus berupa anyaman.

Suasana khas pasar rakyat dirasakan begitu pengunjung berkuliner di sini. Makanan-makanan disajikan di atas meja panjang yang dinaungi tenda atau terpal. Sesekali pengamen menghibur, berharap disawer uang seribu dua ribu dari pengunjung.