- Home
- News & Articles
- News
- Denpasar Festival 2018, Urban Playground
Liburan jelang tahun baru itu tamabah seru dengan datang ke Denpasar Festival...
Pemerintah Kota Denpasar menggelarnya tanggal 28-31 Desember 2018. Tahun ini, Denpasar Festival (Denfest) mengusung tema Urban Playground. Yuk, tetap lestarikan dolanan anak tradisional di tengah gempuran majunya teknologi modern. Dan, sebanyak 62 permainan tradisional bakal dipentaskan.
Itulah tema kekinian mengikuti perkembangan zaman. Karena teknologi tak mungkin dihindari. Teknologi berkembang disegala lini termasuk industri rumahan. Pemerintah kota tetap memberikan peluang setiap tahunnya di gelaran Denfest agar perkembangan teknologi membantu berkembangnya usaha mikro, kecil dan menengah.
Selain itu, Urban Playground mencerminkan karakteristik urban yang tak lepas dari jati diri masyarakatnya. Masyarakat perkotan yang mampu melindungi dan memanfatkan potensi, religi, tradisi serta budaya dengan bersinergi dalam zaman modern.
Ruang pameran diupayakan memuat segala industri dan tak kalah atraksi budaya serta pementasan musik disediakan panggungnya. Anda tinggal pilih saja untuk menikmatinya sepanjang hari mulai pukul 10 pagi sampai 10 malam. Sepuasnya...
Nah, pergantian tahun di tanggal 31 Desember 2018, Denfest buka sampai pukul 00.00 Wita. Dekorasinya pun seru dengan dominasi ornamen bambu serta lampu warna-warni dimalam hari. Patung Catur Muka di Nol Kilometer pun berwarna dengan air mancurnya. Tepat pada pukul 24.00 Wita, pesta kembang api menyambut tahun 2019. Seru!
Denfest 2018 ini memasuki tahun ke-11. Harapannya, setiap tahun memberi kesegaran baru bagi masyarakat perkotaan. Bagi para wirausaha, Denfest menjadi ajang pameran eksistensi keratif dan inovatif. Tentu saja, tak kalah penting menjadi andalan ekonomi kreatif dalam mendukung industri pariwisata. Omzet miliaran rupiah diharapkan dapat bertambah dari tahun ke tahun.
Stand busana, terutama kain endek, mendominasi perolehan omzet. Artinya, usaha tenunan kain khas Bali yang ditekuni perajin lokal berpeluang merebut pelanggan lebih luas. Dan hal ini membuktikan Denfest memberi pengaruh terhadap keberlanjutan industri kain endek serta lainnya.
Wali Kota Denpasar Rai Mantra Dharmawijaya berharap Denfest terus terlaksana setiap tahun dan membangkitkan motivasi serta inovasi masyarakat Denpasar terutama generasi mudanya. Pemerintah berharap ajang Denfest ini terus maju dan menggairahkan krativitas anak mudanya serta menumbuhkan wirausaha muda yang sukses.
Sejak mulai menjabat Wali Kota tahun 2008, Rai Mantra memiliki obsesi, Kota Denpasar tak hanya dikenal sebagai kota persinggahan, karena pusat perniagaan dan menumpuk pendatang dari berbagai penjuru. Tetapi Kota Denpasar menjadi kota cerdas, bermantabat dan penuh inovasi dengan tidak meninggalkan kearifan lokalnya. â€Ternyata kuncinya adalah kreativitas. Kreativitas itu bisa berdampak ekonomi dan dengan sendirinya harus ada yang memotivasi. Karena, pada dasarnya, seni dan budaya itu sudah kaya bagi Pulau Bali,†kata Rai Mantra.
Lalu siapa yang harus tampil menjadi motivator? Rai Mantra menjawabnya sendiri: pemerintah! Salah satunya dengan wujud motivasi melalui ajang festival ini. Ajang itu mempromosikan konsep, gagasan, dan karya. Silahkan, khususnya anak muda. Ayo, berkarya!
Diet kantong plastik Denfes bahkan sudah masuk agenda tahunan dari pariwisata Pesona Indonesia. Maka, sepantasnya juga mengikuti isu yang mengglobal. Salah satunya adalah pengurangan sampah plastik. Diet kantong plastik menjadi suatu keharusan dan dapat dimulai warga Denpasar dari ajang Denfest.
Sesuai Peraturan Wali Kota Denpasar Nomor 36 Tahun 2018 mengenai Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik, Denfes menjadi ajang kampanye positif tanpa kantong plastik menjadi fokus utama. Anda dan siapa saja yang datang termasuk semua peserta pameran harus berani diet kantong plastik.
Program ini adalah bentuk ajakan positif untuk bersama-sama diet kantong plastik sebagai wujud kepedulian terhadap kelestarian alam. Diet kantong plastik ini perlu. Denfest menjadi tenpat tepat bersama-sama membiasakan belanja tanpa kantong plastik.
Semua stand dan pengunjung sama-sama saling membantu mewujudkan diet kantong plastik ini. Berbagai stand memenuhi sudut-sudut area Denpasar Festival Tahun 2018. Stand-Stand Kuliner membanjiri seputaran Gajah Mada hingga Jalan Veteran. Kuliner yang disajikan di areal Denpasar Festival rata-rata merupakan kuliner tradisional khas Bali dan tentunya meminimalisasi penggunaan plastik.
Transaksi non tunai Mengenai penggunaan non tunai di Denfest, Pemkot Denpasar bekerjasama dengan Bank BPD Bali. Transaksi yang menerapkan mekanisme pembayaran non tunai melalui aplikasi diantaranya OVO, GO-PAY, dan T-Money. Masyarakat yang sudah menggunakan salah satu aplikasi tersebut, bisa top up ditempat petugas-petugas yang bertugas di Denfest.
Kepala Bidang Dana dan Jasa Bank BPD Bali Kantor Cabang Denpasar Ida Ayu Made Denia Sari menyatakan terdapat stand khusus juga di depan Bank BPD Bali untuk yang akan top up. Anda dan masyarakat yang belum memiliki aplikasinya juga akan dibantu petugas. Jadi, jangan khawatir tak terlayani dan tak bisa transaksi. Selamat berpesta dan belanja!
Obsesi Wali Kota Dengan cara itulah industri rumahan kerajinan tenun endek diharapkan bergairah. bagi Juli dan sesamanya pengusaha skala rumahan. Sebagai pemilik usaha rumahan yang selama ini relatif sulit bersaing dengan usaha skala besar, Juli dan pengusaha sejenis berkesempatan mengembangkan desain produk endek yang mengikuti tren di masyarakat.
Meskipun industri kerajinan endek yang dibangun keluarga Juli sejak tahun 1970-an sudah dibanjiri pesanan dari mancanegara, seperti Australia, Amerika Serikat, dan Jepang, ia tetap membutuhkan promosi di lokal bahwa kami ini ada di sini (Denpasar). Pameran seperti Denpasar Festival ini penting. â€Kami menjadi tertantang untuk berinovasi dengan motif, desain, mulai dari kain hingga desain untuk bajunya,†papar Juli antusias.
Orangtua Juli, yang merupakan salah seorang perintis industri tenun endek, pernah tidak bersemangat mengelola potensi pasar lokal karena minimnya ajang pameran. Sekarang, Juli ingin ikut merebut pangsa pasar lokal, yang tentu lebih besar daripada luar negeri, seiring tertantang berkreasi dan berpromosi. Apalagi, festival ini rutin digelar tiap tahun sejak tahun 2008.
â€Lumayan, penjualan dari 20-an kain tahun lalu menjadi 50-an kain endek akhir tahun kemarin dengan omzet lebih dari Rp 15 juta,†kata Juli. Wali Kota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra mengakui tak mudah menghidupkan sesuatu yang hampir redup dan sulit meregenerasi, termasuk industri rumahan tenun endek. Denpasar, sebagai jantung Pulau Dewata, memang tidak memiliki potensi alam menonjol lainnya untuk dikelola sebagai sumber penghidupan warga selain Pantai Sanur. Pengerjaan tenun endek menggunakan pola ikat. Perajin endek yang berjaya pada tahun 1980-an masih menggunakan warna gelap. Di Bali, endek dikenal sebagai tenun asal Denpasar, meski ada juga seperti Klungkung dan Negara. Berkembangnya waktu dan mulai perhatian kembali Pemerintah Kota Denpasar, perajin memberanikan bermain warna cerah. Selain menjadi kain kebaya atau pakaian, endek juga mulai dimodifikasi dengan bordir, motif lukisan serta dijadikan bahan baku seperti tempat tisu dan kap lampu.
Obsesi Wali Kota Sejak mulai menjabat Wali Kota tahun 2008, Rai Mantra punya obsesi agar Denpasar tak hanya dikenal sebagai kota persinggahan, karena pusat perniagaan dan menumpuk pendatang dari berbagai penjuru. â€Ternyata kuncinya adalah kreativitas. Kreativitas itu bisa berdampak ekonomi dan dengan sendirinya harus ada yang memotivasi. Pada dasarnya, seni dan budaya itu sudah kaya bagi Bali, tetapi bagaimana mengelolanya, itu yang masih lemah,†kata Rai Mantra.
Siapa yang harus tampil jadi motivator? Rai Mantra menjawabnya sendiri: pemerintah! Salah satu wujud motivasi adalah membuat ajang festival. Ajang itu mempromosikan konsep, gagasan, dan karya. Dengan cara itulah industri rumahan kerajinan tenun endek diharapkan bergairah.
Menurut Rai Mantra, industri endek ini ternyata luar biasa. Endek asal Denpasar sudah dikenal di mancanegara, tetapi miskin di rumah sendiri. Wali Kota bersama istrinya bersepakat menghidupkan lagi roh endek, mulai dari pameran, panggung peragaan busana, perlombaan desain, hingga perkantoran. Dengan demikian, pegawai kantoran pun mau memakainya.
Rai mengaku iri dengan keberadaan batik yang bisa begitu cepat merajalela. Padahal, kotanya pun memiliki kain khas sendiri. Ia pun memulai dari dirinya dan istrinya serta mengajak lingkungan pegawai negeri sipilnya untuk menggunakan endek di setiap kegiatan pemerintah, apa pun itu.
Endek di Denpasar memang sudah mendarah daging sejak dulu, terutama di kalangan bangsawan. Beberapa dari kalangan bangsawan pun mengoleksi motif endek tertentu dan tidak diperkenankan untuk memotretnya karena khawatir akan ditiru. Guna meregenerasi perajin tenun ini, Pemerintah Kota Denpasar berniat menggaet sekolah menengah kejuruan (SMK) tahun ini. Bahkan, Rai Mantra mengarah kepada alat tenun bukan mesin yang bisa memperpendek masa pembuatan endek, dari bulanan menjadi mingguan saja. Tersebarnya lokasi perajin kain endek di Denpasar menjadi keunikan dan tantangan untuk diramu menjadi obyek wisata.
Anggaran meningkat Konsentrasi Denpasar Festival tertuju pada industri tekstil, khususnya endek dan songket, yang diikuti sekitar 40 perajin. Transaksi tercetak naik dari tahun ke tahun, dari Rp 1,2 miliar pada tahun 2009, Rp 2,5 miliar pada 2010, dan Rp 3,1 miliar pada 2011. Transaksi sebagian masuk dari wisata kuliner dan tanaman hortikultura.
Anggaran Denpasar Festival ini bertambah tiap tahun, dari Rp 800 juta pada tahun 2009 menjadi Rp 1,3 miliar pada tahun 2011. Perajin endek yang mengikuti festival ini pun bertambah setiap tahun, dari sekitar 20 perajin menjadi sekitar 50 perajin saat ini. Pameran empat hari di pengujung tahun memang terasa pendek, tetapi Juli dan beberapa perajin lainnya merasakan dampak yang memadai daripada tidak ada perhatian sama sekali dari pemerintah.
Sebenarnya tak hanya pameran yang ditunggu para perajin, panggung peragaan busana pun seolah menjadi tuntutan. Apalagi, istri Wali Kota Denpasar, Selly Dharmawijaya, kerap memeragakan busana endek hasil karya perajin lokal ini bersama ibu-ibu Dharma Wanita di lingkup pemerintahannya.
Rai Mantra mengakui memang tidak ada pemasukan dari festival ini karena memang bukan itu tujuannya. â€Tujuan kami adalah mendorong kreativitas dan memberikan pembelajaran kepada masyarakat luas, antara lain, agar menghargai hasil karya sendiri,†ujarnya.
Agar kegiatan itu tidak terkesan elite dan eksklusif, penyelenggara menyediakan wisata kuliner yang juga semuanya adalah khas Bali. Menu bisa dinikmati dari kalangan bawah hingga atas. Harganya bervariasi, mulai dari jajanan Rp 1.000 per biji hingga sepiring nasi campur atau ayam betutu dengan harga lebih dari Rp 50.000 per ekor.
Kekuatan lainnya yang ingin ditonjolkan melalui pameran ini adalah suasana titik nol kilometer Kota Denpasar. Jalan Gajah Mada, Jalan Veteran, serta sekitar Lapangan Puputan Badung ditutup untuk menegaskan hal itu. Kini, Juli dan para perajin bangga memperlihatkan koleksi-koleksi mereka. Mereka eksis dengan merebut pasar lokal, seraya menjajaki pasar ekspor....
Pemerintah Kota Denpasar menggelarnya tanggal 28-31 Desember 2018. Tahun ini, Denpasar Festival (Denfest) mengusung tema Urban Playground. Yuk, tetap lestarikan dolanan anak tradisional di tengah gempuran majunya teknologi modern. Dan, sebanyak 62 permainan tradisional bakal dipentaskan.
Itulah tema kekinian mengikuti perkembangan zaman. Karena teknologi tak mungkin dihindari. Teknologi berkembang disegala lini termasuk industri rumahan. Pemerintah kota tetap memberikan peluang setiap tahunnya di gelaran Denfest agar perkembangan teknologi membantu berkembangnya usaha mikro, kecil dan menengah.
Selain itu, Urban Playground mencerminkan karakteristik urban yang tak lepas dari jati diri masyarakatnya. Masyarakat perkotan yang mampu melindungi dan memanfatkan potensi, religi, tradisi serta budaya dengan bersinergi dalam zaman modern.
Ruang pameran diupayakan memuat segala industri dan tak kalah atraksi budaya serta pementasan musik disediakan panggungnya. Anda tinggal pilih saja untuk menikmatinya sepanjang hari mulai pukul 10 pagi sampai 10 malam. Sepuasnya...
Nah, pergantian tahun di tanggal 31 Desember 2018, Denfest buka sampai pukul 00.00 Wita. Dekorasinya pun seru dengan dominasi ornamen bambu serta lampu warna-warni dimalam hari. Patung Catur Muka di Nol Kilometer pun berwarna dengan air mancurnya. Tepat pada pukul 24.00 Wita, pesta kembang api menyambut tahun 2019. Seru!
Denfest 2018 ini memasuki tahun ke-11. Harapannya, setiap tahun memberi kesegaran baru bagi masyarakat perkotaan. Bagi para wirausaha, Denfest menjadi ajang pameran eksistensi keratif dan inovatif. Tentu saja, tak kalah penting menjadi andalan ekonomi kreatif dalam mendukung industri pariwisata. Omzet miliaran rupiah diharapkan dapat bertambah dari tahun ke tahun.
Stand busana, terutama kain endek, mendominasi perolehan omzet. Artinya, usaha tenunan kain khas Bali yang ditekuni perajin lokal berpeluang merebut pelanggan lebih luas. Dan hal ini membuktikan Denfest memberi pengaruh terhadap keberlanjutan industri kain endek serta lainnya.
Wali Kota Denpasar Rai Mantra Dharmawijaya berharap Denfest terus terlaksana setiap tahun dan membangkitkan motivasi serta inovasi masyarakat Denpasar terutama generasi mudanya. Pemerintah berharap ajang Denfest ini terus maju dan menggairahkan krativitas anak mudanya serta menumbuhkan wirausaha muda yang sukses.
Sejak mulai menjabat Wali Kota tahun 2008, Rai Mantra memiliki obsesi, Kota Denpasar tak hanya dikenal sebagai kota persinggahan, karena pusat perniagaan dan menumpuk pendatang dari berbagai penjuru. Tetapi Kota Denpasar menjadi kota cerdas, bermantabat dan penuh inovasi dengan tidak meninggalkan kearifan lokalnya. â€Ternyata kuncinya adalah kreativitas. Kreativitas itu bisa berdampak ekonomi dan dengan sendirinya harus ada yang memotivasi. Karena, pada dasarnya, seni dan budaya itu sudah kaya bagi Pulau Bali,†kata Rai Mantra.
Lalu siapa yang harus tampil menjadi motivator? Rai Mantra menjawabnya sendiri: pemerintah! Salah satunya dengan wujud motivasi melalui ajang festival ini. Ajang itu mempromosikan konsep, gagasan, dan karya. Silahkan, khususnya anak muda. Ayo, berkarya!
Diet kantong plastik Denfes bahkan sudah masuk agenda tahunan dari pariwisata Pesona Indonesia. Maka, sepantasnya juga mengikuti isu yang mengglobal. Salah satunya adalah pengurangan sampah plastik. Diet kantong plastik menjadi suatu keharusan dan dapat dimulai warga Denpasar dari ajang Denfest.
Sesuai Peraturan Wali Kota Denpasar Nomor 36 Tahun 2018 mengenai Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik, Denfes menjadi ajang kampanye positif tanpa kantong plastik menjadi fokus utama. Anda dan siapa saja yang datang termasuk semua peserta pameran harus berani diet kantong plastik.
Program ini adalah bentuk ajakan positif untuk bersama-sama diet kantong plastik sebagai wujud kepedulian terhadap kelestarian alam. Diet kantong plastik ini perlu. Denfest menjadi tenpat tepat bersama-sama membiasakan belanja tanpa kantong plastik.
Semua stand dan pengunjung sama-sama saling membantu mewujudkan diet kantong plastik ini. Berbagai stand memenuhi sudut-sudut area Denpasar Festival Tahun 2018. Stand-Stand Kuliner membanjiri seputaran Gajah Mada hingga Jalan Veteran. Kuliner yang disajikan di areal Denpasar Festival rata-rata merupakan kuliner tradisional khas Bali dan tentunya meminimalisasi penggunaan plastik.
Transaksi non tunai Mengenai penggunaan non tunai di Denfest, Pemkot Denpasar bekerjasama dengan Bank BPD Bali. Transaksi yang menerapkan mekanisme pembayaran non tunai melalui aplikasi diantaranya OVO, GO-PAY, dan T-Money. Masyarakat yang sudah menggunakan salah satu aplikasi tersebut, bisa top up ditempat petugas-petugas yang bertugas di Denfest.
Kepala Bidang Dana dan Jasa Bank BPD Bali Kantor Cabang Denpasar Ida Ayu Made Denia Sari menyatakan terdapat stand khusus juga di depan Bank BPD Bali untuk yang akan top up. Anda dan masyarakat yang belum memiliki aplikasinya juga akan dibantu petugas. Jadi, jangan khawatir tak terlayani dan tak bisa transaksi. Selamat berpesta dan belanja!
Obsesi Wali Kota Dengan cara itulah industri rumahan kerajinan tenun endek diharapkan bergairah. bagi Juli dan sesamanya pengusaha skala rumahan. Sebagai pemilik usaha rumahan yang selama ini relatif sulit bersaing dengan usaha skala besar, Juli dan pengusaha sejenis berkesempatan mengembangkan desain produk endek yang mengikuti tren di masyarakat.
Meskipun industri kerajinan endek yang dibangun keluarga Juli sejak tahun 1970-an sudah dibanjiri pesanan dari mancanegara, seperti Australia, Amerika Serikat, dan Jepang, ia tetap membutuhkan promosi di lokal bahwa kami ini ada di sini (Denpasar). Pameran seperti Denpasar Festival ini penting. â€Kami menjadi tertantang untuk berinovasi dengan motif, desain, mulai dari kain hingga desain untuk bajunya,†papar Juli antusias.
Orangtua Juli, yang merupakan salah seorang perintis industri tenun endek, pernah tidak bersemangat mengelola potensi pasar lokal karena minimnya ajang pameran. Sekarang, Juli ingin ikut merebut pangsa pasar lokal, yang tentu lebih besar daripada luar negeri, seiring tertantang berkreasi dan berpromosi. Apalagi, festival ini rutin digelar tiap tahun sejak tahun 2008.
â€Lumayan, penjualan dari 20-an kain tahun lalu menjadi 50-an kain endek akhir tahun kemarin dengan omzet lebih dari Rp 15 juta,†kata Juli. Wali Kota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra mengakui tak mudah menghidupkan sesuatu yang hampir redup dan sulit meregenerasi, termasuk industri rumahan tenun endek. Denpasar, sebagai jantung Pulau Dewata, memang tidak memiliki potensi alam menonjol lainnya untuk dikelola sebagai sumber penghidupan warga selain Pantai Sanur. Pengerjaan tenun endek menggunakan pola ikat. Perajin endek yang berjaya pada tahun 1980-an masih menggunakan warna gelap. Di Bali, endek dikenal sebagai tenun asal Denpasar, meski ada juga seperti Klungkung dan Negara. Berkembangnya waktu dan mulai perhatian kembali Pemerintah Kota Denpasar, perajin memberanikan bermain warna cerah. Selain menjadi kain kebaya atau pakaian, endek juga mulai dimodifikasi dengan bordir, motif lukisan serta dijadikan bahan baku seperti tempat tisu dan kap lampu.
Obsesi Wali Kota Sejak mulai menjabat Wali Kota tahun 2008, Rai Mantra punya obsesi agar Denpasar tak hanya dikenal sebagai kota persinggahan, karena pusat perniagaan dan menumpuk pendatang dari berbagai penjuru. â€Ternyata kuncinya adalah kreativitas. Kreativitas itu bisa berdampak ekonomi dan dengan sendirinya harus ada yang memotivasi. Pada dasarnya, seni dan budaya itu sudah kaya bagi Bali, tetapi bagaimana mengelolanya, itu yang masih lemah,†kata Rai Mantra.
Siapa yang harus tampil jadi motivator? Rai Mantra menjawabnya sendiri: pemerintah! Salah satu wujud motivasi adalah membuat ajang festival. Ajang itu mempromosikan konsep, gagasan, dan karya. Dengan cara itulah industri rumahan kerajinan tenun endek diharapkan bergairah.
Menurut Rai Mantra, industri endek ini ternyata luar biasa. Endek asal Denpasar sudah dikenal di mancanegara, tetapi miskin di rumah sendiri. Wali Kota bersama istrinya bersepakat menghidupkan lagi roh endek, mulai dari pameran, panggung peragaan busana, perlombaan desain, hingga perkantoran. Dengan demikian, pegawai kantoran pun mau memakainya.
Rai mengaku iri dengan keberadaan batik yang bisa begitu cepat merajalela. Padahal, kotanya pun memiliki kain khas sendiri. Ia pun memulai dari dirinya dan istrinya serta mengajak lingkungan pegawai negeri sipilnya untuk menggunakan endek di setiap kegiatan pemerintah, apa pun itu.
Endek di Denpasar memang sudah mendarah daging sejak dulu, terutama di kalangan bangsawan. Beberapa dari kalangan bangsawan pun mengoleksi motif endek tertentu dan tidak diperkenankan untuk memotretnya karena khawatir akan ditiru. Guna meregenerasi perajin tenun ini, Pemerintah Kota Denpasar berniat menggaet sekolah menengah kejuruan (SMK) tahun ini. Bahkan, Rai Mantra mengarah kepada alat tenun bukan mesin yang bisa memperpendek masa pembuatan endek, dari bulanan menjadi mingguan saja. Tersebarnya lokasi perajin kain endek di Denpasar menjadi keunikan dan tantangan untuk diramu menjadi obyek wisata.
Anggaran meningkat Konsentrasi Denpasar Festival tertuju pada industri tekstil, khususnya endek dan songket, yang diikuti sekitar 40 perajin. Transaksi tercetak naik dari tahun ke tahun, dari Rp 1,2 miliar pada tahun 2009, Rp 2,5 miliar pada 2010, dan Rp 3,1 miliar pada 2011. Transaksi sebagian masuk dari wisata kuliner dan tanaman hortikultura.
Anggaran Denpasar Festival ini bertambah tiap tahun, dari Rp 800 juta pada tahun 2009 menjadi Rp 1,3 miliar pada tahun 2011. Perajin endek yang mengikuti festival ini pun bertambah setiap tahun, dari sekitar 20 perajin menjadi sekitar 50 perajin saat ini. Pameran empat hari di pengujung tahun memang terasa pendek, tetapi Juli dan beberapa perajin lainnya merasakan dampak yang memadai daripada tidak ada perhatian sama sekali dari pemerintah.
Sebenarnya tak hanya pameran yang ditunggu para perajin, panggung peragaan busana pun seolah menjadi tuntutan. Apalagi, istri Wali Kota Denpasar, Selly Dharmawijaya, kerap memeragakan busana endek hasil karya perajin lokal ini bersama ibu-ibu Dharma Wanita di lingkup pemerintahannya.
Rai Mantra mengakui memang tidak ada pemasukan dari festival ini karena memang bukan itu tujuannya. â€Tujuan kami adalah mendorong kreativitas dan memberikan pembelajaran kepada masyarakat luas, antara lain, agar menghargai hasil karya sendiri,†ujarnya.
Agar kegiatan itu tidak terkesan elite dan eksklusif, penyelenggara menyediakan wisata kuliner yang juga semuanya adalah khas Bali. Menu bisa dinikmati dari kalangan bawah hingga atas. Harganya bervariasi, mulai dari jajanan Rp 1.000 per biji hingga sepiring nasi campur atau ayam betutu dengan harga lebih dari Rp 50.000 per ekor.
Kekuatan lainnya yang ingin ditonjolkan melalui pameran ini adalah suasana titik nol kilometer Kota Denpasar. Jalan Gajah Mada, Jalan Veteran, serta sekitar Lapangan Puputan Badung ditutup untuk menegaskan hal itu. Kini, Juli dan para perajin bangga memperlihatkan koleksi-koleksi mereka. Mereka eksis dengan merebut pasar lokal, seraya menjajaki pasar ekspor....
Komentar
Tambah Komentar0 Comment