Vihara Satya Dharma

Wisata religius ke pura sudah lumrah di kalangan wisatawan yang berkunjung ke Bali. Ini karena Bali dikenal dunia sebagai Pulau Seribu Pura.

Bagaimana jika wisatawan ingin berkunjung ke rumah ibadah lainnya di Pulau Dewata? Klenteng atau Vihara Satya Dharma bisa menjadi salah satu rujukan. Kemegahan bangunannya menjadi daya tarik tersendiri.

Pembangunan rumah ibadah yang beralamat di Jalan Raya Pelabuhan Benoa, Pedungan, Denpasar Selatan ini direncanakan sejak 2006, namun baru diresmikan 2012. Dana sumbangan pembangunan berasal dari masyarakat Tionghoa di Bali, juga umat Konghuchu daerah lainnya di Indonesia.

Ada juga sumbangan dari pelaut-pelaut asing yang kebetulan tengah singgah di Pelabuhan Benoa. Mereka umumnya berasal dari Taiwan, Jepang, dan Thailand.

Vihara biasanya lekat dengan umat Budha, namun tidak demikian dengan Vihara Satya Dharma yang digunakan sebagai sarana ibadah tiga umat beragama (tridharma), yaitu Budha, Konghucu, dan penganut kepercayaan Taoisme. Kedatangan masyarakat Cina pada abad lampau ke Nusantara telah memperkaya kebudayaan Indonesia dengan cara beralkuturasi dengan kebudayaan lokal. Salah satunya terlihat dalam bangunan klenteng yang memiliki gaya arsitektur Cina dengan warna dan ornamen serba merah dan emas.

Klenteng agung yang berdiri di atas lahan seluas 82 are ini menjadi simbol persatuan warga Tionghoa yang hidup rukun dengan umat Hindu Bali. Ini terbukti dengan penempatan pelinggih padmasana dan tugun karang di halaman bangunan.

Wisatawan yang berkunjung boleh berswafoto di halaman dan bagian depan klenteng. Mereka juga boleh berkeliling bangunan, namun tidak diperkenankan mengambil foto di bagian dalam. Tujuannya menjaga ketenangan umat yang sedang beribadah

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------