Pura Blanjong, Sejarah dari Pesisir Sanur


Sebuah Kapal Belanda terdampar di pesisir Sanur. Oleh warga setempat, peristiwa terdamparnya kapal ini pun dikenang dengan membangun tempat suci yang bernama Pura Blanjong.

Kisah tersebut sendiri masih berupa hikayat. Namun cukup dipercaya masyarakat setempat sebagai asal usul adanya Pura Blanjong. Apalagi, Blanjong sendiri berasal dari kata “Belahan” yang artinya pecahan dan “Ngenjung” yang artinya kapal nelayan.

Di masa sekarang, Pura ini lebih dari sekedar tempat suci dan sejarah, melainkan juga tempat wisata pilihan pelancong pada musim liburan hingga hari biasa. Pura Blanjong berlokasi di Jalan Danau Poso, Sanur, Kota Denpasar. Di tempat tersebut juga terdapat sebuah prasasti yang bernama serupa peninggalan raja Sri Kesari Warmadewa dan dikukuhkan pada tahun 835 Saka.

Prasasti dengan tinggi 195 cm dan diameter 60 cm ini mengisahkan ekspansi Sri Kesari Warmadewa ke Gurun dan Suwal, sebuah situs Blanjong yang dulunya merupakan kawasan pelabuhan. Konon, kapal Belanda yang terdampar di pesisir Sanur menjadi wujud tugu kemenangan Sri Kesari Warmadewa. Tugu ini berbentuk silinder dengan memakai bahasa Bali Kuno dengan ditulis huruf Pra-Negari dan Bahasa Sansekerta yang ditulis dengan huruf Kawi.

Selain prasasti, di Pura ini juga terdapat Arca Ganesha yang memiliki ukuran tinggi 107 cm, lebar 65 cm, tebal 44 cm. Arca ini sendiri dibuat dari bahan batu padas berwarna abu-abu dan digambarkan dengan posisi duduk bersila, kedua telapak kaki bertemu dan duduk diatas lapik berhiaskan helaian Padma ganda.

Arca tersebut memperlihatkan Ganesha yang bertubuh gemuk seperti gajah dengan kepala memakai kirita makuta berhiaskan untaian manik-manik pada bagian dahi, bagian muka dan bagian belalai pecah, mata sipit, serta telinga lebar.

Arca Ganesha tersebut bertangan dua dengan masing-masing memegang sesuatu. Namun saat ditemukan, benda yang dipegang tangan kanan telah patah dan belum dapat diintrepetasikan. Begitu juga dengan tangan kiri patah dan bagian perut pecah.

Di pura ini juga terdapat dua buah lingga yang ditemukan dengan wujud sempurna. Terdiri dari bagian kaki, badan, dan kepala dengan ukuran tinggi 46 cm, diameter 15 cm, serta terbuat dari bahan batu padas. Dalam kepercayaan Hindu, lingga berfungsi sebagai media pemujaan Dewa Siwa.

Terdapat pula sebuah candi yang terdiri dari tiga bagian, yakni kaki, badan, dan puncak. Candi ini di susun dengan batu bata dan batu padas dengan ukuran tinggi 435 cm, panjang 220 cm, lebar 220 cm.

Peninggalan lain adalah beberapa patung binatang, yakni Patung Lembu. Patung ini diyakini menggambarkan lembu nandini berbahan baku sama Batu Padas. Ada juga patung gajah yang berada dalam posisi duduk tanpa lapik, badan gemuk, belalai menjuntai ke bawah, dan kaki dilipat ke dalam.

Secara keseluruhan, Pura Blanjong terdiri dari satu halaman atau mandala, yakni utama mandala. Halaman luar berbatasan langsung dengan jalan raya dan hunian penduduk. Pada pojok kanan belakang pura terdapat sebuah tugu prasasti batu. Teras Kota Denpasar, Sanur pun punya sejarah, Pura Blanjong. Kunjungi, ya...

Komentar

Tambah Komentar
0 Comment

Sign In

;